21 Sultan Alauddin (1591-1639 M) 2.2 Sultan Muhammad Said (1639-1653 M) 2.3 Sultan Hasanuddin (1653-1669 M) 3 Kehidupan Politik Kerajaan Makassar. 4 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Makassar. 5 Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Makassar. 6 Peninggalan Kerajaan Makassar. 6.1 Istana Balla Lompoa.
Ya saya akan mengulas sedikit tentang kehidupan ekonomi kerajaan Gowa-Tallo, sebenarnya ini cuman iseng karena disuruh seseorang yaaa, kalau gitu langsung aja kita ulas kehidupan ekonomi kerajaan Gowa-Tallo. Buton demikian juga Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan waktu musim Barat yang melalui
KehidupanEkonomi Untuk menunjang Makasar sebagai pelabuhan transito dan untuk mencukupi kebutuhannya, maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah sekitarnya. Buton demikian juga Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian jalan perdagangan waktu musim Barat yang melalui sebelah Utara kepulauan Nusa Tenggara dan jalan
rCvgH. - Kesultanan Samawa adalah salah satu diantara 6 kerajaan yang pernah ada di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara yang pernah ada di Pulau Sumbawa adalah Kerajaan Bima, Dompu, Papekat, Sanggar, Tambora, dan Samawa. Suku Sumbawa atau Samawa mendiami bagian barat Pulau Sumbawa atau bekas wilayah Kesultanan Sumbawa. Kesultanan Samawa adalah salah satu di antara kerjaan islam di pulau meliputi Kabupaten Sumbawa Besar dan Kabupaten Sumbawa Barat serta pulau-puau kecil di sekitarnya. Kesultanan Samawa berdiri sekitar abad ke 17 hingga 1958. Baca juga Istana Dalam Loka, Saksi Kejayaan Kesultanan Sumbawa Sejarah Berdirinya Kesultanan Samawa Kehadiran Islam di Pulau Sumbawa terkait dengan letak geigrafis pulau ini, seperti yang dilaporkan Tome Pires, musafir Portugis. Letak geografis Pulau Sumbawa yang menjadi jalur pelayaran perdagangan rempah-rempah dari Malaka dan Maluku, kemudian perjalanan melalui pesisir utara Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa telah dibina sejak awal 16. Islam dibawa oleh para mubaligh Arab dari Gresik sambil berniaga. Selain itu, Islam dibawa orang-orang Bugis secara damai melalui perkawinan. Kemunculan pusat kekuasaan islam Kesultanan Samawa di Tana Samawa Sumbawa Barat belum diketahui secara pasti karena sedikitnya arsip-arsip tentang kasultanan ini. Kesultan Samawa diperkirakan telah berdiri sebelum 1648, meskipun tidak diketahui siapa rajanya. Baca juga Istana Dalam Loka, Saksi Kejayaan Kesultanan Sumbawa Kesulatanan Samawa sempat memerintah 18 atau 19 sultan, dimulai dari Mas Pamayan atau Mas Cini 1648-1668, sebagai raja Sultan Muhammad Kaharuddin 1931-1958 sebagai sultan yang ke 19. Lalu Sultan yang paling lama berkuasa adalah Sultan Amrullah 1837-1883. Ada yang mengatakan ia sultan ke 13, namun ada yang mengatakan ia adalah sultan ke 17. Secara geografis, Kasultanan Samawa berbatasan dengan Laut Flores di sebalah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Selat Alas, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Dompu. Pemerintahan Kesultanan Samawa Dalam birokrasi Kesultanan Samawa, pemegang kekuasaan tertinggi pemerintahan adalah sultan, diangkat berdasarkan turun-temurun dari Dinasti Dewa Dalam Bawa oleh suatu lembaga yang disebut Dewan Hadat atau Dewan Hadat Syara atau Dewan Syara Hukum Islam. Baca juga Mau ke Komodo, Lewat Sumbawa Saja Sultan dalam bahasa Sumbawa disebut Datu Mutar, tetapi oleh rakyatnya disebut Dewa atau Dewa Mas Samawa. Gelar Dewa adalah gelar yang lazim dipakai untuk golongan kesatria dalam sistem kasta di Bali. Penghasilan Sultan dan Pejabat Kerajaan Penghasilan sultan diperoleh dari hasil lahan pertanian milik sultan dan dari pajak belasting, baik pajak hasil bumi maupun pajak perdagangan, terutama pajak ternak dan opium. Sultan Samawa memiliki ladang atau sawah yang digarap dan ditanami oleh penduduk ibu kota kerajaan tau juran tanpa upah imbalan. Selain itu, ada tiga peganton luar, yaitu Demung Mapin, Bumi Ngampo, dan Demung Kroya. Setiap tahunnya, masing-masing menyetor 300 ikat padi kepada sultan sebagai pajak yanng disebut pamangan. Sultan juga mendapatkan penghasilan dari pajak, antara lain pajak penjualan perdagangan hasil bumi, ternak, dan opium. Baca juga Kejarlah Ombak sampai Sumbawa Barat Bukti Keberadaan Kesultanan Sumbawa Keberadaan Kesultanan Sumbawa di masa lampau dibuktikan dengan adanya peninggalan. Di Kota Sumbawa besar hingga saat ini masih berdiri dengan kokoh sebuah bangunan bekas istana Sultan Sumbawa yang disebut Dalem Loka Istana Tua atau disebut Bale Rea Rumah Besar atau Rumah Raja. Tidak jauh dari Dalem Loka terdapat Makam Sampar, kompleks makam sultan-sultan Sumbawa dan keluarganya. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
A. Kerajaan Ternate Tidore Kehidupan Politik di Kerajaan Ternate Tidore Di Maluku terdapat dua kerajaan yang paling berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Ternate berhasil meluaskan wilayahnya dan membentuk Uli Lima. Kerajaan Tidore juga berhasil memperluas pengaruhnya dan disatukan dalam Uli Siwa. Mula-mula Kerajaan Ternate dan Tidore dapat hidup berdampingan dan tidak pernah terjadi konflik. Namun, setelah kedatangan bangsa Eropa di Maluku, mulailah terjadi pertentangan. Kerajaan-kerajaan di Maluku tidak bersatu dalam menghadapi musuh dari luar, tetapi malah bersaing dan saling menjatuhkan. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Baabullah. Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku 1605. Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. 2. Kehidupan Ekonomi di Ternate Tidore Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Dengan hasil rempah-rempahnya maka aktivitas perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. 3. Kehidupan Sosial dan Agama Raja Maluku yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Ternate. Banyak rakyat Maluku yang memeluk agama Islam terutama penduduk yang tinggal di tepi pantai. Portugis juga menyebarkan agama Katolik. Terdapat berbagai agama yang ada di kehidupan sosial. 4. Budaya Budaya di Ternate Tidore tidak berkembang pesat karena fokus dengan perdagangan. B. Kerajaan Lombok 1. Politik Sunan Prapen berhasil mengislamkan Raja Lombok, Prabu Rangkesari. Kemudian, Prabu Rangkesari memindahkan pusat kekuasaan ke Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan membawa suasana dan kondisi membaik bagi kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Kerajaan Lombok pernah diserang Kerajaan Gelgel dari Bali sebanyak 2 kali. Namun, kedua serangan tersebut dapat dipatahkan. 2. Sosial Agama Islam masuk melalui perdagangan. Mula-mula pedangang datang untuk berdagang, kemudian banyak diantara mereka yang bertempat tinggal menetap bahkan mendirikan perkampungan-perkampungan. Para pendatang dengan suku Sasak mengadakan hubungan saling menghormati. 3. Budaya Lombok dapat menciptakan sendiri aksara Sasak. Para pujangganya mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin ke dalam lontar-lontar Sasak. Pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi. 4. Ekonomi Labuan Lombok banyak dikunjungi para pedagang. Labuan Lombok sebagai pelabuan dagang disinggahi para pelaut dan saudagar muslim dari Jawa dan mulailah timbul bandar-bandar tempat para pedagang sehingga semakin ramai. Komoditas utama masyarakat Lombok adalah padi. C. Kerajaan Bima Politik Agama Islam masuk di Bima melalui pelabuhan Sape. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Raja Bima. Kesultanan Bima mengadakan hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, salah satunya dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian Bungaya akhirnya memisahkan Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima, karena semangat anti penjajahan antara kedua Kesultanan sangat merugikan perdagangan monopoly bagi Belanda di perairan Indonesia timur. Kerajaan Bima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia. 2. Ekonomi Kerajaan Bima telah menjalin hubungan dagang dengan VOC. Melalui perjanjian, kerajaan-kerajaan di pulau sumbawa tidak boleh dilarang mengadakan hubungan politik maupun dagang dengan daerah-daerah lain, dengan bangsa Eropa lain atau dengan seseorang kecuali dengan persetujuan dan ijin dari VOC. 3. Budaya Setelah agama Islam masuk ke Bima, kemudian berkembang tradisi tulis. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu. 4. Sosial Agama Islam relatif mudah diterima, karena orang Bima sebenarnya telah lama mengenal agama Islam melalui para penyiar agama dari tanah Jawa, Melayu bahkan dari para pedagang Gujarat India dan Arab di Sape. Bima menjelma menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Nusantara. Saat ini, di beberapa daerah di Bima, terjadi percampuran antara Islam dan tradisi lokal. D. Kerajaan Sumbawa Politik Pada tahun 1674 M dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa’. Saat itu, rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama Islam. Luas wilayah kekuasaannya dimulai dari wilayah taklukan Kerajaan Empang hingga Jereweh. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III, campur tangan Belanda sudah terlalu jauh, terutama dalam hal menarik pajak. Akhirnya meledaklah pemberontakan rakyat. 2. Ekonomi Kerajaan Sumbawa bertumpu pada kegiatan pertanian lahan kering dan peternakan kuda. 3. Sosial Rakyat Sumbawa sangat terbuka dan penuh toleransi. 4. Budaya Peninggalan budaya Kerajaan Sumbawa, antara lain Kitab Suci Al Qur’an dengan tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi dan Istana Dalam Loka.
Kehidupan Ekonomi Negara Kerajaan Ternate dan Tidore. Awal berdirinya Kerajaan Banten dimulai oleh naik tahtanya Maulana Yusuf yang merupakan anak dari Maulana Hasanudin. Kehidupan Ekonomi Sosial Budaya Dan Politik Kerajaan Melayu Kehidupan Sosial dan Ekonomi Kerajaan Majapahit. Kehidupan ekonomi kerajaan sumabwa. Melalui ekspansi ke kawasan pedalaman Sunda pada 1579 Pakuan Pajajaran pun berhasil ditaklukan. Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena letaknya di tengahtengah antara Maluku Jawa Kalimantan Sumatra dan Malaka. Sekitar tahun 1552 Maulana Yusuf yang baru naik tahta kemudian menaklukan Pakuan Pajajaran. Kehidupan Politik Sosial Ekonomi dan Agama Kerajaan Sriwijaya – Srivijaya adalah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang berdiri di Pulau Sumatera pada abad ke tujuh keberadaannya dibuktikan dari penemuan prasasti Kedudukan Bukit berangka tahun 682 Masehi. Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. S Rizatyka AP 2. Kehidupan Ekonomi Untuk menunjang Makassar sebagai pelabuhan transit dan untuk mencukupi kebutuhannya maka kerajaan. Rafly Sadewa RR Tammy D. KEHIDUPAN EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN KAHURIPAN. Arjuna inkarnasi Wisnu yang tak lain adalah kiasan Airlangga sendiri. Wwwuni-grazat Gambar 123 Pohon cengkih tua di Ternate. Kerajaan agraris konsentris besar yang mengandalkan basis pertanian yang kokoh. Bukti lain mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya diperoleh dari catatan pendeta Tiongkok. Ternate Obi Bacan Seram dan Ambon menggabungkan diri menjadi Ulilima sedangkan Tidore Makayan Jailolo dan Kepulauan Halmahera. Asal-Usul Kerajaan Melayu Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Tionghoa ditulis Ma-La-Yu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada diPulau Sumatera. Persekutuan beberapa daerah di Maluku Utara. Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha mengembangkan kehidupan perekonomian Majapahit sangat tergantung oleh komoditi yang dihasilkan aktifitas pelayaran dan perniagaan. Di mata orang Jawa Majapahit mewakili sebuah simbol. Berbagai tatanan mulai dari sosial budaya politik agama hingga ekonomi mampu dikoordinasikan dengan baik hingga terciptalah kerajaan yang makmur. Kehidupan Politik Ekonomi Sosial dan Budaya pada Kerajaan yang Bercorak Islam di Indonesia – Ilmuipsmyid – Materi Belajar Gratis. 21 Negara-Negara Tradisional di Indonesia Sumber. Mengikuti contoh pendahulunya Singhasari Majapahit didasarkan pada pengembangan pertanian dan perdagangan maritim skala besar. Kehidupan ekonomi pada masa kerajaan Kutai sangat didukung dengan lokasinya yang sangat strategis yaitu di aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511 sedangkan Maluku dikuasai oleh. Dalam pemerintahannya raja menunjuk seorang patih untuk mengurusi kerajaan dari patih diteruskan kepada bawahannya yang terdiri. Letak kerajaan Kutai yang strategis membuat kegiatan ekonomi bertumpu pada bidang perdagangan dan pelayaran di. Kehidupan Ekonomi di Ternate Tidore Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten. KEHIDUPAN EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN KAHURIPAN. X mipa 6noabsen. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Perlak Kerajaan Pereulak merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia dan memerintah dengan waktu yang cukup lama. KEHIDUPAN EKONOMI SOSIAL POLITIK DAN BUDAYA KERAJAAN MELAYU X MIA VI – Kelompok 4 – M. Kehidupan sosial ekonomi kerajaan ternate About Press Copyright Contact us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy Safety How. Hal itu tidak lepas dari pencapaian Kerajaan Kalingga dalam membangun sebuah sistem pemerintahan yang mampu menopang kehidupan masyarakat terlebih ketika kekuasaan raja dipegang oleh Ratu Shima. Kerajaan Pereulak mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II 622-662 H1225-1263 M terutama kemajuan dalam bidang pendidikan Islam dan dan perluasan dakwah. Sumbangan Kerajaan Bani Umayyah Dari Segi Ekonomi Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain sumbangan pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak begitu monumental karena pada zaman pemerintahan ini pemikiran-pemikiran ekonomi lahir bukan. Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Kehidupan Ekonomi Sosial Budaya Dan Politik Kerajaan Melayu Kehidupan Ekonomi Sosial Budaya Dan Politik Kerajaan Melayu Kehidupan Ekonomi Sosial Budaya Dan Politik Kerajaan Melayu Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit Masa Kejayaan Dan Runtuhnya Kerajaan Majapahit Majapahit Kingdom Pustakapengetahuan Com Kerajaan Bima By Erika Ilyas Keajaan Islam Di Pulau Lombok Dan Sumbawa Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Keajaan Islam Di Pulau Lombok Dan Sumbawa Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara Kerajaan Bima Pptx Pranata Agama Dalam Masyarakat Sumbawa Rungan Tana Samawa Khalish Ppt Kerajaan Sumbawa Kehidupan Ekonomi Sosial Budaya Dan Politik Kerajaan Melayu Kesultanan Sumbawa Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas Doc Kerajaan Islam Di Pulau Lombok Dan Sumbawa T Aldo Academia Edu Keajaan Islam Di Pulau Lombok Dan Sumbawa
13 Februari 2012 SULTAN III Kebaradaan Tana Samawa atau Kabupaten Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak Zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat Sumbawa masih menganut animisme dan sebagian sudah menganut agama Hindu. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan Kerajaan Goa di Sulawesi. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. Kerajaan Goa yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung kerajaan Samawa’. Setelah Dewa Maja Purwa wafat ia digantikan oleh Mas Goa, yang masih menganut ajaran Hindu. Ia dianggap telah melanggar salah satu perjanjian damai dengan kerajaan Goa, maka resikonya ia terpaksa disingkirkan bersama pengikut pengikutnya kesebuah Hutan, kira-kira di wilayah Kecamatan Utan sekarang. Pengusiran Mas Goa dan pengikutnya ke wilayah Utan lebih arif disebut kudeta di zaman sekarang. Ia serta merta diturunkan dari tahtanya karena mangkir dari kesepakatan pendahulunya dengan Kerajaan Goa. Tidak disebutkan apa pelanggaran yang telah dilakukan Mas Goa, namun campur tangan Raja Goa di Sulawesi sangat besar. Pemberhentian secara paksa ini terjadi pada tahun 1673 M sekaligus mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa. Tahun berikutnya 1674 M Dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa’. Saat itu menurut BUK Tana’ Samawa, rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk Agama Islam. Dinasti Dewa Dalam Bawa’ ini berkuasa hingga tahun 1958. Luas wilayah kekuasaannya dimulai dari wilayah taklukan Kerajaan Empang hingga Jereweh. Raja pertama dari Dinasti Dalam Bawa ini adalah Sultan Harunurrasyid I 1674 – 1702. Ia kemudian diganti oleh putranya Pangeran Mas Madina bergelar Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I yang kawin dengan Putri Raja Sidenreng Sulawesi Selatan yang bernama I Rakia Karaeng Agang wafat, Jalaluddin Syah I ini kemudian diganti oleh Dewa Loka Lengit Ling Sampar kemudian oleh Dewa Ling Gunung Setia. Tidak banyak bahan sejarah yang dapat mengungkapkan berapa lama keduanya memerintah, tapi diperkirakan selama 10 tahun. Ada fakta yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Datu Gunung Setia, kerajaan Sumbawa termasuk “ Bala Balong” lenyap dilalap si jago merah pada tanggal 26 Ramadhan 1145 Hijriah 1732 M. Pada tahun 1733 Kerajaan Sumbawa kembali dipegang oleh keponakan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I, bernama Muhammad Kaharuddin I 1733-1758. Ketika ia meninggal, kekuasaan diambil alih istrinya I Sugiratu Karaeng Bontoparang, yang bergelar Sultan Siti Aisyah. Raja wanita ini dikenal sering berselisih paham dengan pembantu raja, sehingga pada tahun 1761 ia diturunkan dari tahta dan mengharapkan , digantikan oleh Lalu Mustanderman Datu Bajing, namun ia menolak, dan menyarankan untuk mengangkat adiknya yaitu Lalu Onye Datu Ungkap Sermin 1761-1762 . ISTANA TUA Pemerintahannya Lalu Onye, hanya berjalan setahun. Konon karena ia lari dari istana untuk menghindari perang saudara, atas kekeliruannya menikahi seorang wanita yang telah lama ditinggalkan berlayar oleh suaminya, Lalu Angga Wasita yang terkenal keperkasaannya. Ia menyangka Lalu Angga Wasita sudah meninggal karena tidak pernah ada kabar beritanya. Tapi suatu hari lelaki perkasa itu muncul. Karena raja merasa bersalah maka ia lari pada malam Selasa , di hari ke 14 Ramadhan waktu bulan purnama raya. Kepergian Datu Ungkap Sermin itu membuat kursi raja menjadi lowong. Maka diangkatlah Gusti mesir Abdurrahman, keturunan Raja Banjar. Meski ia bukan trah Dinasti Dewa Dalam Bawa, tetapi memungkinkan untuk diangkat menjadi raja karena telah menikah dengan puteri Sultan Muhammad Jalaluddin Syah I. ia pun diberi gelar Muhammad Jalaluddin Syah II, dan memegang kekuasaan selama 3 tahun 1762-1765. Ia mangkat pada tanggal 1 Dzulhijjah 1179 Hijriah 1765 Masehi. Untuk menggantinya diangkatlah putra mahkota yang masih berumur 9 tahun menjadi “raja boneka” yaitu Sultan Mahmud. Sedangkan yang menjalankan pemerintahan diangkat Dewa Mapeconga Mustafa datu Taliwang. Keputusan ini menimbulkan amarah datu Jereweh, karena ia sangat berambisi untuk menjadi raja. Maka ia berangkat ke Makasar untuk meminta bantuan kompeni VOC agar bisa menciptakan kekacauan di Kerajaan Sumbawa. Sebelum berangkat, datu Jereweh menemui kerajaan-kerajaan tetangganya dan mempengaruhi mereka supaya ikut mendukung rencananya dan ikut menandatangani perjanjian dengan VOC sekaligus membatalkan segala hal yang telah diatur dalam perjanjian Bongaya antara VOC dengan raja Goa yang isinya antara lain VOC tidak boleh mencampuri urusan perdagangan di kerajaan selatan. Akhirnya pada tanggal 9 Februari 1765 di Fort Rotterdam ditandatangani perjanjian antara Cornelis Senklaar Komodour sebagai wakil VOC denga pihiak raja – raja selatan yang antara lain Sultan Abdul Kadir Muhammad Dzillillah Fil Alam raja Bima , Hasanuddin Datu Jereweh mengatas namakan raja Sumbawa , Achmad Alauddin Johan Syah raja Dompu, Abdurrasyid raja Sanggar dan Abdurrahman raja Pekat. Perjanjian ini berisi tentang diperkenankannya VOC masuk Sumbawa. Tapi perjanjian ini kemudian dibatalkan lewat kontrak baru tanggal 18 Mei 1766 berkat keberhasilan diplomasi utusan kerajaan Sumbawa Dea Tumuseng. Dalam perjanjian ini disebutkan, apabila Sultan Mahmud dewasa, maka kekuasaan raja akan diserahkan kembali pada waktu Sultan Dewa Mepaconga Mustafa sakit pada tahun 1189 H 1775 M, beliau digantikan oleh Datu Busing Lalu Komak, yang bergelar Sultan Harrunnurrasyid II 1777-1790. Sementara Sultan Mahmud yang putra mahkota itu tidak pernah diangkat menjadi raja yang sebenarnya, hingga ia meninggal dunia pada 8 jumadil akhir 1194 H 1780 M dalam usia 24 tahun. Pada waktu pemerintahan Harrunnurrasyid II ini telah berhasil diselesaikan penulisan Kitab Suci Al Qur’an dengan tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi Negeri Sumbawa Madzab Safiie, tepatnya pada 28 Dzulqaidah 1199 H 1784 M. Sepeninggal Harrunnurrasyid II, tahta kerajaan beralih pada anak perempuannya, yaitu Sultan Syafiatuddin 1791-1795. Ia kemudian kawin dengan Sultan Bima dan mengikuti suaminya ke Bima, sekaligus memboyong beberapa harta pusaka kerajaan. Sebagian koleksi harta kekayaan Raja Bima sekarang adalah milik Sultan Syafiatuddin yang dibawa dari Sumbawa . Karena kejadian itu, maka diputuskan oleh para Menteri Kerajaan untuk tidak lagi mengangkat wanita sebagai raja. Sedangkan pengganti Sultan Syafiatuddin adalah putera Sultan Mahmud bernama Muhammad Kaharuddin II. Pada waktu pemerintahannya inilah Gunung Tambora meletus. Tepatnya pada hari Selasa, 21 Jumadil Awal 1230 H 1815 M. Pada waktu itu Kerajaan Sumbawa dilanda hujan debu. Dalam laporan H. Zolinger disebutkan bahwa sepertiga penduduk mati di pulau Sumbawa dan sepertiganya lagi pindah ke pulau Lombok. Sedangkan abu yang menggenangi wilayah kerajaan Sumbawa sampai setinggi lutut. Setahun kemudian Sultam Muhammad Kaharruddin II pun mangkat pada tanggal 20 Syafar 1231 Hijriah 1816 M. Pemangku kerjaan selanjutnya diserahkan kepada Nene Ranga Mele Manyurang. Ia pun tidak lama menduduki singgasana kerajaan, karena pada bulan Rabbiul Awal 1241 Hijriah 1825 M, Nene Ranga yang sudah tua itu meninggal dunia. Kekuasaan dilanjutkan oleh Abdullah hingga ia meninggal pada tanggal 87 Muharram 1252 Hijriah 1836 M. Mulai tahun 1836 sampai 1882, tahta Kerajaan Sumbawa kembali dilanjutkan oleh Putera Muhammad Kaharuddin II, yaitu Sultan Amrullah. Pada waktu pemerintahannya ini tidak banyak catatan sejarah yang bisa ditemukan, barangkali karena kerajaan baru mulai bangkit dari peristiwa meletusnya Gunung Tambora yang sangat dashyat. Sebuah letusan yang konon menyebabkan langit di Eropa diliputi kabut awan selama dua tahun. Sultan Amrullah meninggal pada tanggal 23 Agustus 1883, sementara kursi raja diteruskan oleh Sultan Muhammad Jalaluddin III, cucu Sultan Amrullah. Pada masa ini campur tangan Belanda sudah terlalu jauh, terutama dalam hal menarik pajak. Akhirnya meledaklah pemberontakan rakyat, yang membuat Belanda harus mendatangkan bala bantuan dari Makassar, sebab hampir di setiap tempat timbul amarah rakyat. Namun karena kelemahan dalam bidang persenjataan, semua bentuk pemberontakan dapat dipatahkan termasuk pemberotakan yang terjadi di Taliwang yang dilakukan Unru dan kawan-kawan. Kekuasaan Belanda lewat VOC pun semakin merajalela. Maka dimulailah babak baru, Belanda ikut bermain politik di dalam istana, dan ikut menentukan jalannya pemerintahan. Pulau Sumbawa dan Pulau Sumba dijadikan satu dalam bentuk afdeling dengan ibukota di Sumbawa Besar Ibukota Kabupaten Sumbawa sekarang. Asisten Resident yang pertama adalah Janson Van Ray. Kerajaan Sumbawa dibagi dalam dua ander afdeeling, yaitu Sumbawa Barat dan Sumbawa Timur. Dalam pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III 1833-1931 inilah dibangun “Istana Tua Dalam Loka”. Hal ini sangat dimungkinkan karena Sultan Muhammad Jalaluddin III menjalankan roda pemerintahan selama 48 tahun. Ia juga mampu menuruti kehendak Belanda. Setelah ia meninggal pada tahun 1931, kekuasaan raja turun kepada putra mahkota yang mendapat gelar Sultan Muhammad Kaharruddin III. Pada zaman pemerintahannya inilah menjadi masa peralihan kolonialisme Belanda kepada Jepang. Ketika perjanjian Kalijati ditandatangani tanggal 9 Maret 1942, organisasi – organisasi Islam di Kabupaten Sumbawa mulai mengatur siasat. Organisasi itu antara lain Nahdatul Oelama, Moehammadiah dan Al Irsyad. Sementara tiga kerajaan di pulau Sumbawa mengambil sikap tegas, menyatakan diri lepas dari kekuasaan Belanda. Tepat pada bulan Mei 1942, delapan kapal perang Jepang mendarat di Labuhan Mapin di bawah pimpinan Kolonel Haraichi, yang ternyata disambut gembira oleh rakyat. Kekuasaan Jepang tidak berlangsung lama, karena setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi Bom Atom, Jepang menyerah kepada sekutu. Peraktis kekuasaannya berakhir. Sebelum Belanda kembali masuk, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Agresi Militer Belanda ke Republik Indonesia mengakibatkan Raja Sumbawa menandatangani sebuah perjanjian politik baru dengan Belanda pada tanggal 14 Desember 1948. Isinya antara lain menjelaskan tentang sisa-sisa kekuasaan yang masih dikuasai oleh Belanda di Sumbawa. Kekuasaan tersebut ada tiga, yaitu bidang pertahanan, hubungan luar negeri dan monopoli atas candu dan garam. Setahun kemudian pemerintah Indonesia Timur berdasarkan Undang – Undang Nomor 44 tahun 1949 membentuk daerah Statuta Federasi Pulau Sumbawa, yang ditetapkan oleh Dewan Raja – raja pada tanggal 6 September 1949. Perubahan system Pemerintahan terjadi lagi dengan membentuk Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang didasarkan pada Undang – Undang Nomor 64 Tahun 1958. Propinsi Sunda Kecil dibagi menjadi tiga Daerah Swatantra Tingkat I yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat NTB dan Nusa Tenggara Timur NTT. Khusus Daerah Swatantra I Nusa Tenggara Barat menjadi enam Daerah Swantantra Tingkat II, dimana raja sekaligus menjadi Kepala Pemerintahan. Karena itu otomatis Federasi Pulau dibubarkan. Federasi Pulau Lombok dibubarkan pada tanggal 17 Desember 1958 dan tanggal tersebut hingga sekarang dijadikan sebagai hari lahirnya Propinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan Federasi Pulau Sumbawa dibubarkan pada tanggal 22 Januari 1959 dan pada saat itu dilantiklah Sultan Muhammad Kaharruddin III menjadi Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Sumbawa. Tanggal itulah yang dijadikan hari lahir Kabupaten Sumbawa.
Kesultanan Sumbawa atau juga dikenal dengan Kerajaan Samawa[1] adalah salah satu dari tiga kerajaan Islam besar di Pulau Sumbawa. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir 2/3 dari luas pulau Sumbawa.[2] Keberadaan Tana Samawa atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat Sumbawa masih menganut animisme dan sebagian sudah menganut agama Hindu. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari Dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan pemerintahan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. Kerajaan Gowa yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung Kerajaan Samawa. Kerajaan-kerajaan Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Raja Samawa yang pertama dari kerajaan kecil Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama Islam. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Cini Dewa Mas Pemayam putra raja selaparang. Kemudian Mas Cini di ganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran Hinduisme. Pada tahun 1637 Mas Goa digantikan oleh putera dari saudara perempuannya, bernama Mas Bantan. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 1701. Mas Bantan adalah putera Raden Subangsa, seorang pangeran dari Banjarmasin.[3] hasil pernikahan dengan saudari perempuan Mas Goa yaitu Amas Penghulu Setelah Dewa Mas Goa di berhentikan karena dianggap telah melanggar salah satu perjanjian damai dengan Kerajaan Gowa, maka ia terpaksa disingkirkan bersama pengikut-pengikutnya, kira-kira ke wilayah Kecamatan Utan-Rhee sekarang. Ia diturunkan dari tahtanya karena mangkir dari kesepakatan pendahulunya dengan Kerajaan Gowa. Tidak disebutkan apa pelanggaran yang telah dilakukan Mas Goa, namun campur tangan Raja Gowa di Sulawesi sangat besar. Pemberhentian secara paksa ini terjadi pada tahun 1673 sekaligus mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa.[4]
kehidupan ekonomi kerajaan sumbawa